Pengertian Paradigma Pembelajaran
Secara etimologis, kata paradigma berasal dari
bahasa Yunani yang berarti suatu model, teladan, arketif dan ideal. Sedangkan secara terminologis, arti paradigma adalah konstruk berpikir berdasarkan pandangan
yang menyeluruh dan konseptual terhadap suatu masalah dengan menggunakan teori
formal, eksperimentasi dan metode keilmuan yang terpercaya. Yang kedua adalah pengertian
pembelajaran. Pembelajaran merupakan proses interaksi peserta didik
dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar agar proses
perolehan ilmu dan pengetahuan dapat membentuk sikap dan perilaku peserta
didik. Paradigma pembelajaran ini dapat berubah menurut sistem pembelajaran
yang terus berkembang, sehingga ada yang menyebutkan ada paradigma lama dan
paradigma alternatif dalam pembelajaran.
Paradigma Alternatif Pembelajaran
Paradigma alternatif pembelajaran adalah model
pembelajaran yang dapat dijadikan suatu pengganti model pembelajaran yang lama,
dimana model pembelajaran ini diperlukan untuk menata dan mengatur kembali
model pembelajaran lama yang hanya mengedepankan perubahan tingkah laku pada
siswa. Paradigma alternatif ini mendorong adanya paradigma baru yang saat ini
dibutuhkan untuk memperbaiki paradigma lama dalam pembelajaran.
1.
Perlunya Paradigma Baru Pendidikan
Untuk
membangun masyarakat terdidik, masyarakat yang cerdas, maka mau tidak mau harus
merubah paradigma dan sistem pendidikan. Maka yang perlu dilakukan sekarang
menata kembali sistem pendidikan yang ada dengan paradigma baru yang lebih
baik. Dengan paradigma baru, praktik pembelajaran akan
digeser menjadi pembelajaran yang lebih bertumpu pada teori kognitif dan konstruktivitas.
Dalam proses
pembelajaran misalnya, pengembangan suasana kesetaraan melalui komunikasi
dialog transparan, toleran, dan tidak arogan seharusnya terwujud di dalam
aktivitas pembelajaran, pengembangan potensi-potensi siswa harus
dilakukan secara menyeluruh dan terpadu. Guru memegang peranan startegi
terutama dalam upaya membentuk membentuk watak bangsa melalui pengembangan
kepribadian dan nilai-nilai yang diinginkan.
2.
Pembelajaran Sebagai Pilar Utama
Komisi
Pendidikan untuk abad XXI (Unesco 1996: 85) melihat bahwa hakikat pendidikan
sesungguhnya adalah belajar (learning). Selanjutnya
dikemukakan bahwa pendidikan bertumpu pada 4 pilar, yaitu :
a) Learning to know adalah upaya memahami
instrumen-instrumen pengetahuan baik sebagai alat maupun sebagai tujuan.
b) Learning to do lebih ditekankan pada
bagaimana mengajarkan anak-anak untuk mempraktikkan segala sesuatu yang telah
dipelajarinya.
c) Learning to live together,
learning to live with other, pada dasarnya adalah mengajarkan, melatih, dan membimbing peserta didik
agar mereka dapat menciptakan hubungan melalui komunikasi yang baik.
d) Learning to be, pendidikan hendaklah mampu
memberikan konstribusi untuk perkembangan seutuhnya setiap orang,
jiwa dan raga, intelegensi kepekaan, rasa etika, tanggung jawab pribadi, dan
nilai-nilai spiritual.
Dari keempat
pilar tersebut merupakan misi dan tanggung jawab yang harus diemban oleh
pendidikan. Melalui kegiatan belajar mengetahui, belajar berbuat,belajar hidup
bersama dan belajar menjadi seorang atau belajar menjadi diri sendiri yang
didasari keinginan secara sungguh-sungguh maka akan semakin luas wawasan
seseorang tentabg pengetahuan, tentang nilai-nilai positif, tentang orang lain
serta tentangberbagai dinamika perubahan yang terjadi.
3.
10 Mega Tren Dalam Pembelajaran
Pembelajaran
dari waktu ke waktu selalu mengalami perkembangan. Demikian juga dengan cara perkembeangan berfikir. Oleh karena itu
kita mengenal 10 megatrend dalam pendidikan.
1. Belajar melalui kehidupan kita
2. Belajar dalam organisasi, institusi, asosiasi, jaringan.
3. Belajar berfokus pada kehidupan nyata
4. Belajar dengan seluruh kemampuan otak
5. Belajar bersama
6. Belajar melalui multi media, teknologi, format, dan gaya
7. Belajar langsung dari berpikir
8. Belajar melalui pengajaran/ pembelajaran
9. Belajar melalui sistem pendidikan kita yang akan berubah cepat (atau
lambat) untuk membantu belajar sepanjang hayat
10. Belajar
bagaimana belajar
4.
Paradigma Konstruktivisme Dalam
Pembelajaran
Konstruktivisime
merupakan proses pembelajaran yang menerangkan bagaimana pengetahuan disusun
dalam diri manusia. Unsur-unsur konstruktivisme telah lama dipraktekkan dalam
proses belajar dan pembelajaran baik di tingkat sekolah dasar, menengah, maupun
universitas, meskipun belum jelas terlihat. Berdasarkan faham konstruktivisme,
dalam proses belajar mengajar, guru tidak serta merta memindahkan pengetahuan
kepada peserta didik dalam bentuk yang serba sempurna. Dengan kata lain, pesera
didik harus membangun suatu pengetahuan itu berdasarkan pengalamannya masing
masing.
Pembelajaran
adalah hasil dari usaha peserta didik itu sendiri. Pola pembinaan ilmu
pengetahuan di sekolah merupakan suatu skema, yaitu aktivitas mental yang
digunakan oleh peserta didik sebagai bahan mentah bagi proses renungan dan
pengabstrakan. Fikiran peserta didik tidak akan menghadapi kenyataan dalam
bentuk yang terasing dalam lingkungan sekitar. Realita yang diketahui peserta
didik adalah realita yang dia bina sendiri.
Peserta
didik sebenarnya telah mempunyai satu set idea dan pengalaman yang membentuk
struktur kognitif terhadap lingkungan mereka.Untuk membantu peserta didik dalam
membina konsep atau pengetahuan baru, guru harus memperkirakan struktur
kognitif yang ada pada mereka. Apabila pengetahuan baru telah disesuaikan dan
diserap untuk dijadikan sebagian daripada pegangan kuat mereka, barulah
kerangka baru tentang sesuatu bentuk ilmu pengetahuan dapat dibina.
Dalam
konstruktivisme, fungsi guru akan berubah. Perubahan akan berlaku dalam teknik
pengajaran dan pembelajaran, penilaian, penelitian dan cara melaksanakan
kurikulum. Sebagai contoh, perspektif ini akan mengubah kaidah pengajaran dan
pembelajaran yang menumpu kepada kemampuan peserta didik mencontoh dengan tepat
apa saja yang disampaikan oleh guru, kepada kaidah pengajaran dan pembelajaran
yang menumpu kepada kemampuan peserta didik dalam membina skema pengkonsepan
berdasarkan pengalaman yang aktif. Ia juga akan mengubah tumpuan penelitian
dari pembinaan model berdasarkan kaca mata guru kepada pembelajaran sesuatu
konsep ditinjau dari kaca mata peserta didik. Oleh karena itu paradigma
konstruktivisme dapat memberikan ruang bagi siswa untuk membentuk konsep
tersendiri tentang gambaran materi yang diajarkan.