Sabtu, 08 November 2014

Paradigma Pembelajaran


Pengertian Paradigma Pembelajaran

Secara etimologis, kata paradigma berasal dari bahasa Yunani yang berarti suatu model, teladan, arketif dan ideal. Sedangkan secara terminologis, arti paradigma adalah konstruk berpikir berdasarkan pandangan yang menyeluruh dan konseptual terhadap suatu masalah dengan menggunakan teori formal, eksperimentasi dan metode keilmuan yang terpercaya. Yang kedua adalah pengertian pembelajaran. Pembelajaran merupakan proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar agar proses perolehan ilmu dan pengetahuan dapat membentuk sikap dan perilaku peserta didik. Paradigma pembelajaran ini dapat berubah menurut sistem pembelajaran yang terus berkembang, sehingga ada yang menyebutkan ada paradigma lama dan paradigma alternatif dalam pembelajaran.
Paradigma Alternatif Pembelajaran
Paradigma alternatif pembelajaran adalah model pembelajaran yang dapat dijadikan suatu pengganti model pembelajaran yang lama, dimana model pembelajaran ini diperlukan untuk menata dan mengatur kembali model pembelajaran lama yang hanya mengedepankan perubahan tingkah laku pada siswa. Paradigma alternatif ini mendorong adanya paradigma baru yang saat ini dibutuhkan untuk memperbaiki paradigma lama dalam pembelajaran.
1.      Perlunya Paradigma Baru Pendidikan
Untuk membangun masyarakat terdidik, masyarakat yang cerdas, maka mau tidak mau harus merubah paradigma dan sistem pendidikan. Maka yang perlu dilakukan sekarang menata kembali sistem pendidikan yang ada dengan paradigma baru yang lebih baik. Dengan paradigma baru, praktik pembelajaran akan digeser menjadi pembelajaran yang lebih bertumpu pada teori kognitif dan konstruktivitas.
Dalam proses pembelajaran misalnya, pengembangan suasana kesetaraan melalui komunikasi dialog transparan, toleran, dan tidak arogan seharusnya terwujud di dalam aktivitas pembelajaran, pengembangan potensi-potensi siswa harus dilakukan secara menyeluruh dan terpadu. Guru memegang peranan startegi terutama dalam upaya membentuk membentuk watak bangsa melalui pengembangan kepribadian dan nilai-nilai yang diinginkan.

2.      Pembelajaran Sebagai Pilar Utama
Komisi Pendidikan untuk abad XXI (Unesco 1996: 85) melihat bahwa hakikat pendidikan sesungguhnya adalah belajar (learning). Selanjutnya dikemukakan bahwa pendidikan bertumpu pada 4 pilar, yaitu :
a)      Learning to know adalah upaya memahami instrumen-instrumen pengetahuan baik sebagai alat maupun sebagai tujuan.
b)      Learning to do lebih ditekankan pada bagaimana mengajarkan anak-anak untuk mempraktikkan segala sesuatu yang telah dipelajarinya.
c)      Learning to live together, learning to live with other, pada dasarnya adalah mengajarkan, melatih, dan membimbing peserta didik agar mereka dapat menciptakan hubungan melalui komunikasi yang baik.
d)     Learning to be, pendidikan hendaklah mampu memberikan konstribusi untuk perkembangan seutuhnya setiap orang, jiwa dan raga, intelegensi kepekaan, rasa etika, tanggung jawab pribadi, dan nilai-nilai spiritual.
Dari keempat pilar tersebut merupakan misi dan tanggung jawab yang harus diemban oleh pendidikan. Melalui kegiatan belajar mengetahui, belajar berbuat,belajar hidup bersama dan belajar menjadi seorang atau belajar menjadi diri sendiri yang didasari keinginan secara sungguh-sungguh maka akan semakin luas wawasan seseorang tentabg pengetahuan, tentang nilai-nilai positif, tentang orang lain serta tentangberbagai dinamika perubahan yang terjadi.
3.      10 Mega Tren Dalam Pembelajaran
Pembelajaran dari waktu ke waktu selalu mengalami perkembangan. Demikian juga dengan  cara perkembeangan berfikir. Oleh karena itu kita mengenal 10 megatrend dalam pendidikan.
1.      Belajar melalui kehidupan kita
2.      Belajar dalam organisasi, institusi, asosiasi, jaringan.
3.      Belajar berfokus pada kehidupan nyata
4.      Belajar dengan seluruh kemampuan otak
5.      Belajar bersama
6.      Belajar melalui multi media, teknologi, format, dan gaya
7.      Belajar langsung dari berpikir
8.      Belajar melalui pengajaran/ pembelajaran
9.      Belajar melalui sistem pendidikan kita yang akan berubah cepat (atau lambat) untuk membantu belajar sepanjang hayat
10.  Belajar bagaimana belajar

4.      Paradigma Konstruktivisme Dalam Pembelajaran
Konstruktivisime merupakan proses pembelajaran yang menerangkan bagaimana pengetahuan disusun dalam diri manusia. Unsur-unsur konstruktivisme telah lama dipraktekkan dalam proses belajar dan pembelajaran baik di tingkat sekolah dasar, menengah, maupun universitas, meskipun belum jelas terlihat. Berdasarkan faham konstruktivisme, dalam proses belajar mengajar, guru tidak serta merta memindahkan pengetahuan kepada peserta didik dalam bentuk yang serba sempurna. Dengan kata lain, pesera didik harus membangun suatu pengetahuan itu berdasarkan pengalamannya masing masing.
Pembelajaran adalah hasil dari usaha peserta didik itu sendiri. Pola pembinaan ilmu pengetahuan di sekolah merupakan suatu skema, yaitu aktivitas mental yang digunakan oleh peserta didik sebagai bahan mentah bagi proses renungan dan pengabstrakan. Fikiran peserta didik tidak akan menghadapi kenyataan dalam bentuk yang terasing dalam lingkungan sekitar. Realita yang diketahui peserta didik adalah realita yang dia bina sendiri.
Peserta didik sebenarnya telah mempunyai satu set idea dan pengalaman yang membentuk struktur kognitif terhadap lingkungan mereka.Untuk membantu peserta didik dalam membina konsep atau pengetahuan baru, guru harus memperkirakan struktur kognitif yang ada pada mereka. Apabila pengetahuan baru telah disesuaikan dan diserap untuk dijadikan sebagian daripada pegangan kuat mereka, barulah kerangka baru tentang sesuatu bentuk ilmu pengetahuan dapat dibina.
Dalam konstruktivisme, fungsi guru akan berubah. Perubahan akan berlaku dalam teknik pengajaran dan pembelajaran, penilaian, penelitian dan cara melaksanakan kurikulum. Sebagai contoh, perspektif ini akan mengubah kaidah pengajaran dan pembelajaran yang menumpu kepada kemampuan peserta didik mencontoh dengan tepat apa saja yang disampaikan oleh guru, kepada kaidah pengajaran dan pembelajaran yang menumpu kepada kemampuan peserta didik dalam membina skema pengkonsepan berdasarkan pengalaman yang aktif. Ia juga akan mengubah tumpuan penelitian dari pembinaan model berdasarkan kaca mata guru kepada pembelajaran sesuatu konsep ditinjau dari kaca mata peserta didik. Oleh karena itu paradigma konstruktivisme dapat memberikan ruang bagi siswa untuk membentuk konsep tersendiri tentang gambaran materi yang diajarkan.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar